Sama akan halnya dengan ide bisnis “konvensional”, ide bisnis startup bisa juga diperoleh dari mana saja, kapan saja, dan dari siapa saja.
Walaupun kita menyadari bahwa tidak ada ide yang murni orisinal, dari asal muasalnya, ide bisa dikategorikan menjadi tiga jenis.
Yang pertama yaitu ide segar (fresh idea) yaitu ide yang belum pernah diimplementasikan sebelumnya. Kedua, ide yang sudah dijalankan oleh pihak lain (replicated idea) dan berhasil. Terakhir, gabungan antara keduanya (hybrid idea).
Tapi,Pertanyaan yang muncul adalah bagaimana mencari dan menemukan ide tersebut?
- Internet dan Literatur. Begitu banyak informasi mengenai produk dan layanan ditawarkan oleh para startup di seluruh dunia dan bisa dicari serta dibaca lewat mesin pencarian. Berita, artikel, kolom, opini, dan buku merupakan referensi yang paling terpercaya dalam mencari maupun menemukan ide.
- Event. Seiring dengan pesatnya pertumbuhan startup dan organisasi pendukungnya (inkubator, VC, dan sebagainya), frekuensi konferensi, showcase, kompetisi, maupun event sejenis juga meningkat. Di event tersebut, banyak ide yang sudah dieksekusi menjadi produk maupun layanan yang berhasil. Kita juga bisa bertukar pikiran dengan para peserta, panelis, dan pembicara, apabila sudah memiliki ide yang ingin dijalankan.
- Pelaku Industri. Saat berbincang dengan para pendiri dan eksekutif startup yang sudah sukses, terkadang kita akan memperoleh informasi produk atau layanan apa yang belum ada atau akan dibutuhkan.
- Relasi. Lakukan brainstorming dengan teman, sahabat, dan sanak keluarga yang memiliki ketertarikan serta passion yang sama terhadap dunia startup.
- Sumber lain. Film, musik, pengamatan, dan pengalaman pribadi serta apa pun yang dirasakan oleh kelima panca indra kita sebenarnya bisa menjadi sumber penemuan dan pencarian ide.
Jika sudah menemukan ide yang cocok tapi masih setengah matang, perlu proses selanjutnya untuk mematangkan ide agar bisa segera diimplementasikan. Caranya? Lakukan proses verifikasi dan uji ide.
Apabila merasa bahwa ide kita adalah ide segar, yang pertama dilakukan adalah memastikan tidak adanya ide produk atau layanan lain yang sama dengan ide kita.
Saran, kritikan, maupun gagasan dari semua pihak sangat penting dalam proses pematangan ide. Prosesnya sendiri tidak perlu memakan waktu yang lama. Mengapa? Karena ide hanyalah akan menjadi ide semata apabila tidak dieksekusi sesegera mungkin.
Bisa jadi ada banyak ide serupa yang sedang dipersiapkan oleh startup lain di belahan dunia lain. Kita tidak akan pernah mengetahui apakah ide kita berhasil atau tidak. Eksekusi dan implementasi menjadi kata kunci disini.
Ide segar merupakan jenis ide yang paling berat perjuangannya di antara ketiga jenis ide yang ada. Karena belum pernah diimplementasikan, pewujud ide jenis ini akan mengalami kesulitan dalam “mencari referensi” untuk mengeksekusi dan mengimplementasikannya. Agar berhasil, ide ini perlu mengakomodasi kebutuhan lokal para pihak yang berkepentingan (stakeholders).
Namun, ide jenis ini memiliki potensi pertumbuhan yang paling tinggi–apabila mengacu kepada framework SWOT–jika dibarengi dengan dukungan tim yang mumpuni, barrier to entry yang tinggi. dan threat yang biasanya rendah serta karakter ide yang tidak mudah untuk “direplikasi”.
Replicated idea merupakan jenis ide yang paling mudah diwujudkan. Namun, ide ini biasanya akan mengalami kesulitan untuk memperoleh top mind share para pengguna produk maupun layanan yang dihasilkan dari jenis ide tersebut. Salah satu contohnya adalah keberhasilan situs daily deals Groupon di AS. Ini mendorong sejumlah startup di beberapa negara tergoda untuk meniru dan menjalankan bisnis serupa di wilayahnya masing-masing.
Hadirnya jejaring sosial Google+ sebagai jawaban atas keriuhan yang berlebihan dan kurangnya privasi di Facebook merupakan salah satu contoh hybrid idea. Setelah mengidentifikasi dan menganalisis kekurangan serta kelemahan Facebook, raksasa internet Google meluncurkan situs jejaring sosial dengan sejumlah perbaikan dan keunggulan yang tidak dimiliki pesaingnya.