Halo, Sobat FILE. Beberapa waktu lalu, FILE telah mempublikasikan artikel terkait profesi-profesi yang dibutuhkan selama beberapa tahun ke depan. Sudahkah kamu membacanya? Jika sudah, pastinya kamu tau ya bahwa UX Designer merupakan salah satu pekerjaan dengan prospek kerja yang menjanjikan ke depannya. Nah, artikel ini cocok banget untuk kamu yang berminat atau bahkan sudah berkecimpung di bidang ini! Di penghujung tahun 2019 ini, FILE akan menginformasikan tentang beberapa tren UX yang bakal viral di tahun 2020. Yuk, langsung aja kita masuk ke tren yang pertama!
Sinkronisasi antar Berbagai Perangkat
Menurut kamu, apa aja sih perangkat yang bisa terhubung ke internet di zaman sekarang? Apakah hanya ponsel dan laptop? Tentunya tidak ya, Sobat FILE. Mulai dari kamera seperti DSLR, jam tangan yang kerap kita kenal dengan istilah smartwatch, sampai peralatan rumah tangga seperti AC pun sudah terhubung dengan internet sekarang.
Dengan semakin banyaknya perangkat yang terhubung dengan internet, semakin tinggi pula harapan pengguna untuk dapat mengintegrasikan berbagai aplikasi dan program antara berbagai macam perangkat. Hal ini pastinya juga disadari oleh perusahaan-perusahaan ya, karena cukup banyak aplikasi yang kini sudah bisa diakses melalui berbagai macam perangkat. Misalnya saja, Youtube yang tadinya hanya bisa diakses melalui ponsel dan laptop atau komputer, kini sudah bisa diakses melalui smart TV.
Konten yang Fleksibel
Sejalan dengan perkembangan teknologi, semakin banyak juga metode-metode baru untuk menyampaikan pesan ke pengguna. Dengan banyaknya metode baru tersebut, sudah jelas bahwa konten menjadi penentu utama dalam menciptakan engagement antara pengguna dengan produk yang ia gunakan. Banyaknya metode baru ini juga terkait dengan poin sebelumnya, yaitu banyaknya perangkat yang sudah terhubung dengan internet. Bukannya tidak mungkin suatu pesan dari ponsel juga ingin ditampilkan pada kamera yang terhubung dengan internet, atau bahkan ditampilkan juga pada papan iklan di tengah jalan.
Untuk beradaptasi dengan perkembangan ini, pastikan kamu mendesain konten sefleksibel mungkin. Fleksibel sendiri berarti, baik konten maupun format penyampaiannya sesuai dengan perangkat yang digunakan oleh pengguna. Perangkat-perangkat tersebut bisa jadi foldable smartphone, pop up window pada smart TV, push notification pada smartwatch, dan lain sebagainya. Sebagai solusi, konten dapat dipecah menjadi beberapa komponen terpisah sehingga nantinya lebih mudah ditampilkan pada media yang berbeda-beda.
Desain yang Minimalis dan Penuh Pertimbangan
Tren yang ketiga ini pastinya sudah tidak mengejutkan, bukan? Segala jenis desain beberapa tahun terakhir ini, mulai dari desain poster sampai desain User Interface, memang banyak menganut konsep minimalis. Mengikuti tren desain yang minimalis pada User Interface, tren desain pada UX pun memiliki konsep minimalis.
Meskipun demikian, tren desain pada UX tahun 2020 ini lebih menuntut kita untuk menganalisa kebutuhan pengguna dibanding sekedar mengikuti pedoman-pedoman dalam UX design. Hal ini lah yang disebut dengan mindful designing, yaitu kita merancang UX design berdasar kebutuhan dan keperluan pengguna. Untuk dapat mengetahui apa yang pengguna butuhkan dan perlukan, tentunya kita harus melakukan survey atau riset ya, Sobat FILE. Dari hasil riset tersebut lah kita baru dapat menentukan apa-apa saja yang perlu diterapkan pada desain kita.
Tahukah kamu bahwa baru-baru ini, ada aplikasi yang sangat akrab dengan kita yang baru saja memberikan sentuhan yang lebih minimalis pada tampilannya? Yup, aplikasi itu adalah OVO! Jika kamu perhatikan, tampilan OVO yang terbaru ini memiliki ujung-ujung yang lebih rounded. Selain itu, tampilan baru OVO ini juga lebih menerapkan konsep flat design disertai dengan gradasi warna sehingga membuat desainnya terlihat lebih menarik perhatian. OVO juga memodifikasi tombol scan-nya menjadi lebih mencolok, sehingga memudahkan pengguna dalam mengaksesnya.
Konten dan Pengalaman yang Lebih Personal
Fakta bahwa penggunaan AI sudah semakin banyak diterapkan pastinya dapat kita amati ya. AI mulai digunakan di berbagai bidang penerapan teknologi, mulai dari voice assistant, face unlock, hingga smart shooting. Selain itu, perkembangan AI pun sudah semakin baik. Kini, AI sudah dapat memproses bahasa manusia yang lebih natural dan tidak terkesan kaku. Hal ini pun menyebabkan interaksi antara AI dan manusia semakin ‘manusiawi’. Hasil yang disajikan oleh AI juga sudah semakin berkembang. AI sudah dapat memberikan hasil yang lebih lengkap dari apa yang sebenarnya diminta.
Perkembangan AI yang sudah semakin baik ini sangat berpotensi untuk meningkatkan user experience. Dengan ‘sifat’ AI yang sudah lebih ‘manusiawi’, tentunya akan lebih mudah untuk menciptakan konten dan pengalaman yang lebih personal bagi masing-masing pengguna. Dengan demikian, tren UX tahun 2020 ini mengajak kita untuk tidak lagi menyediakan segala jenis fitur kepada seluruh pengguna, melainkan mendesain konten dan pengalaman yang sesuai dengan kepribadian masing-masing pengguna.
Untuk menciptakan konten serta pengalaman yang lebih personal tersebut, kamu dapat berpatokan pada hal-hal seperti:
- lokasi dan lingkungan tempat tinggal pengguna,
- kalender pribadi milik pengguna,
- transaksi yang dilakukan oleh pengguna,
- juga event dan tanggal-tanggal tertentu.
Penggunaan Voice User Interface
Seperti yang telah kita bahas sebelumnya, salah satu penerapan AI yang marak digunakan belakangan ini adalah voice assistant. Dengan demikian, tidak heran apabila teknologi voice input menjadi tren UX 2020 yang selanjutnya. Beberapa voice assistant yang mungkin sudah kita kenal adalah Google Now, Apple Siri, dan Microsoft Cortana.
Apabila belakangan ini Graphic User Interface (GUI) telah mendapat cukup banyak perhatian, maka tren desain UX 2020 akan memberikan banyak perhatian pada Voice User Interface (VUI). VUI merupakan interface pendukung voice input dan dapat dimengerti sebagai interface yang memungkinkan pengguna berinteraksi dengan perangkatnya melalui voice command. Interface VUI juga tidak selalu berupa auditori, tapi juga bisa berbentuk visual atau bahkan sesederhana sentuhan atau getaran. Contoh sederhananya, misalnya layar ponsel yang menyala ketika mendengar suara kita.
Salah satu keunggulan yang dimiliki oleh VUI adalah tidak perlunya pengguna menyentuh atau memfokuskan perhatian pada perangkat untuk mengakses perangkat tersebut. Hal ini pastinya sangat membantu pengguna di situasi-situasi tertentu ketika perangkat mereka di luar jangkauan, tetapi tetap diperlukan. Misalnya saja ketika mereka sedang berkendara.
Penggunaan Augmented Reality dan Virtual Reality
Pernahkah kamu melihat seseorang menggunakan ‘kacamata’ dengan bentuk balok besar dan dihadapkan dengan layar yang menampilkan suatu game? Jika iya, pastinya kamu sudah mendapat gambaran tentang teknologi virtual reality ya. ‘Kacamata’ tersebut merupakan headset VR, yaitu perangkat esensial dalam penerapan teknologi VR. Virtual Reality sendiri merupakan teknologi yang membuat kamu seakan-akan berada di dunia virtual dan dapat berinteraksi dalam dunia tersebut. Contoh sederhananya adalah kamu dapat seolah-olah hadir di suatu tempat lain hanya dengan mengenakan headset VR.
Selain VR, teknologi ‘tetangga’-nya yang cukup dikenal merupakan Augmented Reality atau AR. Kedua teknologi ini sama-sama menggabungkan elemen virtual dan dunia nyata, tetapi menganut konsep yang cukup berbeda. Apabila VR membuat kamu seakan-akan berada di suatu dunia virtual, maka AR menghadirkan benda-benda virtual ke realita yang sekarang. AR juga tidak membutuhkan perangkat tambahan seperti yang dibutuhkan oleh VR. Dengan smartphone, kamu sudah dapat mencicipi penerapan teknologi Augmented Reality ini. Contoh sederhananya adalah game Pokemon GO yang sempat populer beberapa waktu lalu.
Akan tetapi, ke depannya, penggunaan AR dan VR tidak hanya terbatas untuk game dan hiburan. Pemanfaatan kedua teknologi ini di bidang industri tentunya akan membawa kemajuan yang cukup pesat, juga potensi yang cukup besar. Misalnya saja, pengguna tinggal men-scan produk untuk dapat melihat info dan harga produk. Mungkin juga pengguna tinggal mengarahkan kamera ke sisi-sisi ruangan untuk menerapkan suatu desain interior secara virtual sebelum benar-benar mendekorasi ulang ruangan tersebut.
Satu hal yang pasti, jangan sampai kita menggunakan AR dan VR secara berlebih hanya untuk menggantikan cara-cara konvensional (button, input text, dan lainnya) agar terlihat lebih keren. Pastikan bahwa kita memang menggunakan teknologi AR dan VR untuk membuat suatu fitur baru atau menghadirkan perbaikan yang signifikan untuk fitur-fitur lama.
Itu dia beberapa tren UX 2020 yang wajib banget kamu ketahui! Nah, tren mana yang menurutmu paling menarik dan ingin kamu pelajari lebih jauh, Sobat FILE? Sudahkah kamu siap untuk mengeksplor hal-hal baru terkait tren-tren tersebut? Jika kamu memiliki referensi pembelajaran terkait UX design, jangan ragu untuk membagikannya di kolom komentar ya!