Di era yang serba aplikasi “cepat saji” ini, kamu pasti pernah diantar oleh driver GO-JEK untuk pergi ke tempat tujuan setidaknya sekali dua kali. Dari segi driver, jumlahnya pun sangatlah memadai untuk melayani masyarakat. Buktinya, sekali kamu memesan GO-RIDE, driver di sekitar lokasi kamu langsung datang menjemput dan mengantarkan kamu ke tempat yang kamu inginkan dengan harga yang terjangkau. Kemacetan terhindari, dan kamu pun dapat sampai ke tempat tujuan dengan cepat. Kemudahan dan tarif yang murah itulah yang membuat aplikasi GO-JEK oleh Nadiem Makarim ini disukai masyarakat hingga akhirnya manajemen GO-JEK mulai menciptakan inovasi-inovasi baru seperti layanan pesan antar makanan, barang, tiket, dan layanan-layanan lainnya.
Profil Nadiem Makarim
Semakin disenangi masyarakat, semakin banyak pula saingan GO-JEK yang merasa tersinggung karena menurunnya jumlah penumpang mereka setiap hari. Ketidaksukaan mereka menimbulkan banyak konflik hingga muncul kontroversi, demo, dan sebagainya yang membuat founder GO-JEK, Nadiem Makarim turun tangan. Mungkin itu juga menjadi salah satu hal yang membuat nama Nadiem Makarim melejit populer. Namun tahukah kamu? Lewat bisnis GO-JEK yang ia bangun itu, Nadiem Makarim menjadi orang yang pertama kali memiliki ide jenius untuk membuat sistem berbasis online untuk menghubungkan sopir ojek dengan penumpang melalui teknologi smartphone. Walaupun demikian, Nadiem Makarim sebenarnya tidak lahir dari keluarga pengusaha loh. Hanya ia seorang yang terjun menjadi entrepreneur di keluarganya. Nadiem Makarim berani memulai startup pertamanya setelah perjalanan panjang mengambil studi S2 di Harvard Business School, dan berkarir di beberapa perusahaan ternama di Indonesia.
Bermula dari Obrolan dengan Sopir Ojek
Melalui obrolan-obrolannya dengan sopir ojek yang sedang memangkal, ia menyadari bahwa supir ojek seringkali menyia-nyiakan waktunya hanya untuk menunggu penumpang. Dari situlah ia berkeinginan menjalankan misi sosial untuk membantu sopir ojek agar bisa menjadi lebih produktif. Pada tahun 2011, dengan bekal tekad serta ilmu teknologi yang ia dapat dari pengalamannya bekerja, GO-JEK pun menjadi sistem jasa pemesanan ojek yang dibuat untuk pertama kali. Sejak itu, GO-JEK mulai memudahkan masyarakat untuk memesan ojek melalui call center, dimana operator call center kemudian akan mencari driver GO-JEK terdekat dan driver tersebut segera menjemput pelanggan.
Merogoh Kocek demi Mengembangkan Bisnis
Mendapat respon positif dari masyarakat, Nadiem tak pikir dua kali untuk merogoh kocek demi mengembangkan bisnis startup sekaligus misi sosialnya ini. Selain menyediakan sarana teknologi bersistem call center tersebut, ia juga memberikan smartphone kepada mitra ojeknya sebagai sarana untuk menerima panggilan pelanggan, dan memfasilitasi mereka dengan perlengkapan lengkap untuk keamanan berkendara (safety riding) berupa jaket dan helm SNI berwarna hijau dengan logo GO-JEK. Hal ini juga merupakan salah satu media untuk mem-branding perusahaan. Melihat besarnya peluang pengguna smartphone, dilakukanlah peluncuran aplikasi mobile GO-JEK agar memudahkan pemesanan ojek tersebut. Tentunya biaya yang dikeluarkan untuk membiayai semua itu tidaklah sedikit, namun Nadiem berani mengambil resiko merugi terlebih dahulu demi kesejahteraan pengemudi dan penumpangnya. “Membangun platform seperti GO-JEK harus didasari dengan keinginan yang kuat untuk mengubah kebiasaan masyarakat, bukan semata-mata mencari keuntungan,” jelas Nadiem saat hadir di acara Freeware Space pada tanggal 29 Maret 2016 lalu.
Perubahan Positif dari Sebuah Pengambilan Resiko
Keputusan Nadiem untuk terjun dalam dunia mobile app ternyata membawa dampak positif. Dari semula yang hanya memiliki sekitar 300 mitra ojek, kini GO-JEK sudah merekrut hingga ratusan ribu mitra yang tersebar di wilayah Jabodetabek, Bali, Bandung, Surabaya, Makassar, Yogyakarta, Medan, Palembang, Semarang, Balikpapan, Malang, Solo, Samarinda, dan Manado. Kini aplikasi tersebut sudah diunduh sebanyak lebih dari 10 juta kali, dan saat ini banyak investor yang menyuplai dana untuk GO-JEK berkat larisnya jasa pemesanan ojek online tersebut. Ketika bisnisnya sudah besar hingga saat ini, Nadiem pernah ditawarkan untuk membuka franchise GO-JEK di luar negeri, tapi Nadiem lebih memilih untuk fokus membantu tukang ojek di Indonesia. Ia berharap, kedepannya tukang ojek tidak lagi dipandang sebagai profesi kelas bawah, melainkan profesi yang profesional dan dapat diapresiasi. GO-JEK pun terus berkembang dengan pesatnya, mulai dari peluncuran GO-CAR, dan bahkan di bulan Juli 2016 lalu, ia telah menciptakan sebuah inovasi baru lainnya, yaitu GO-AUTO, layanan servis kendaraan di rumah. Hebatnya lagi, sebulan setelahnya, GO-JEK secara resmi menjadi startup pertama di Indonesia yang telah dikucuri investasi dana sebesar lebih dari 550 juta dollar loh!
Dari sini kamu bisa belajar dari sosok Nadiem Makarim yang sangat ingin membuat bisnis yang ia sukai dan bermanfaat bagi masyarakat, bukan hanya untuk menghasilkan uang bagi dirinya sendiri. Hasilnya investor pun banyak yang mendukung bisnisnya tersebut. Bagaimana dengan kamu? Sudah siapkah kamu untuk memulai startup yang bermanfaat bagi masyarakat?