Ketika membuka Facebook, kamu mungkin seringkali disuguhkan dengan berbagai berita melalui News Feed, dan mungkin tidak jarang juga kamu membaca berita-berita hoax atau tidak benar, dan memiliki judul bersifat clickbait. Hal ini tentunya tidak menyenangkan, dan sebenarnya masalah yang cukup serius. Kamu pastinya tahu mengenai pemilihan presiden Amerika yang hasilnya diumumkan 9 November 2016 lalu. Banyak pihak menyalahkan News Feed Facebook atas terpilihnya Donald Trump sebagai presiden, karena berita-berita hoax yang dibiarkan tersebar oleh sistem News Feed. Sebagai contoh, berita hoax mengenai agen FBI dan istrinya ditemukan meninggal setelah dituduh membocorkan email Hillary Clinton. Tentunya Facebook bukan satu-satunya penyebab dipilihnya Donald Trump sebagai presiden, namun tidak dapat disangkal, bahkan oleh Zuckerberg sendiri, bahwa sistem News Feed dapat dan harus diperbaiki. Berita-berita hoax dapat menyebabkan masyarakat mendapat informasi yang salah dan jika dibiarkan akan menyebabkan hal-hal yang cukup serius.
Facebook memiliki Tim Trending Topic yang awalnya merupakan sebuah tim jurnalis yang bertugas mengecek kebenaran serta menuliskan deskripsi untuk setiap topik yang sedang trending. Namun mereka dipecat dan sistem Trending Topic dialihkan menjadi algoritma sepenuhnya. Hal ini juga menjadi salah satu penyebab mudah munculnya berita-berita hoax di Facebook, karena keterlibatan manusia sebenarnya masih sangat dibutuhkan untuk memutuskan apakah suatu berita sebenarnya benar atau bukan. Walaupun begitu, Facebook tetap ingin menggunakan dan mengandalkan machine learning algorithm untuk menghindari terjadinya bias.
Menghadapi masalah ini, Facebook telah menyiapkan beberapa rencana untuk memerangi berita hoax agar tidak muncul di News Feed, yaitu :
1. Mengubah Algoritma
Hal ini merupakan solusi bersifat teknis, dimana untuk mengurangi informasi-informasi yang salah, dapat ditanggulangi penyebarannya melalui modifikasi di tingkat algoritmik sehingga berita atau artikel hoax tidak banyak dilihat maupun diakses masyarakat. Hal yang paling penting dilakukan adalah memperbaiki kemampuan Facebook untuk mengelompokkan informasi-informasi yang salah. Hal ini berarti mengembangkan sistem yang lebih baik untuk mendeteksi kira-kira informasi atau artikel manakah yang akan orang-orang nyatakan sebagai hoax, sebelum para pembaca harus melakukannya sendiri. Modifikasi algoritma ini sudah cukup populer di berbagai perusahaan besar seperti Google untuk memoderasi konten artikel. Namun teknik ini memiliki resiko dimana terjadi error pada algoritma sehingga berita-berita yang sebenarnya bukan hoax juga ikut tereliminasi. Facebook harus hati-hati agar orang-orang tidak merasa takut untuk menyebarkan konten berupa pendapat yang memiliki resiko dianggap sebagai konten yang tidak benar.
2. Memperbaiki User Interface
Mike Caulfield, direktur dari blended and networked learning di Washington State University Vancouver mengatakan bahwa, ketika para pengguna Facebook melihat artikel yang ada di News Feed, mereka merasa lebih terdorong untuk me-like, share, dan memberikan comment dibandingkan membaca artikel tersebut secara keseluruhan. Caufield menyarankan untuk membuat UI yang lebih menekankan nama domain dari artikel dibandingkan nama teman atau friend yang me-like, men-share, atau memberikan comment pada artikel tersebut. Namun kemungkinan Facebook hanya akan melakukan perubahan-perubahan kecil. Salah satu strategi yang direncanakan adalah untuk me-label berita hoax yang muncul di News Feed sebagai fake. Hal yang perlu diperhatikan yaitu menentukan tingkat ukuran dari informasi dalam suatu artikel, yaitu seberapa besar persentase informasi salah yang ada di dalam artikel hingga suatu artikel dapat di-label sebagai fake dan diblok atau diberi peringatan.
3. Melakukan Fact-Checking pada Instant Article
Facebook telah membuat interface berita bernama Instant Articles dan dapat digunakan secara proaktif untuk melawan berita-berita hoax. Instant Articles adalah platform terbuka, sehingga penerbit-penerbit berita palsu juga dapat menyebarkan konten-konten yang mereka buat. Namun, Facebook memiliki kendali atas platform tersebut, dan hal ini dapat menjadi peluang untuk mendeteksi berita hoax sejak dini dan melakukan fact-checking atau pemeriksaan fakta.
4. Mengangkat Seorang Public Editor
Zuckerberg mengakui bahwa Facebook dapat belajar dari para jurnalis, dan menyatakan bahwa mereka akan tetap bekerjasama dengan para jurnalis dan pihak-pihak lain di industri berita untuk mendapatkan input dari mereka, dan agar lebih mengerti sistem fact-checking dan belajar dari mereka. Facebook juga memutuskan untuk mengangkat seorang public editor yang berperan sebagai penghubung antar artikel dengan para pembaca, dan menjawab pertanyaan-pertanyaan berhubung pemberitaan dan apa yang dapat diperbaiki atau dapat dilakukan dengan lebih baik.
Dengan berbagai rencana ini, Facebook diharapkan dapat memerangi dan mengurangi berita-berita hoax yang muncul di News Feed dan menghindari tersebarnya informasi-informasi salah di antara para penggunanya.